Rabu, 29 November 2017

KE IPPNU-an



KE IPPNU AN

            NU (Nahdlatul Ulama) merupakan organisasi islam yang berfaham Ahlussunnah wal Jama’ah dengan jumlah jam’iyah maupun jama’ah terbesar di Indonesia. Keberadaan Nahdlatul Ulama menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa Indonesia mulai zaman pra kemerdekaan hingga saat ini. Untuk memaksimalkan peran pengabdian terhadap agama dan bangsa, Nahdlatul Ulama membagi kalangannya menjadi beberapa lembaga dan badan otonom. Dari beberapa Badan Otonom yang dimiliki NU, IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) merupakan salah satunya.
IPPNU hadir sebagai wadah berhimpun para pelajar putri Nahdlatul Ulama, melihat dari kebutuhan kaderisasi yang ada di Nahdlatul Ulama dan untuk menjawab berbagai tantangan zaman dalam perjalanan bangsa Indonesia. Orientasi IPPNU dalam langkah perjuangannya berkaitan erat terhadap aspek kekaderan dan keterpelajaran dengan mengedepankan intelektualitas, akhlakul karimah, berbudaya toleransi dan anti kekerasan. Hal ini disadari karena kader putri merupakan aset yang besar untuk bangsa Indonesia. Ketika para kader putri telah terbekali dengan intelektualitas, akhlakul karimah, semangat mengembangkan budaya toleransi dan anti kekerasan, maka tidak ada kekhawatiran putri-putri bangsa terutama yang berhimpun pada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama akan terjerumus ke arah negatif dan kelak dapat menggerogoti keutuhan bangsa Indonesia sendiri.


A.      Sejarah Kelahiran
Pemikiran untuk menghimpun para pelajar NU ini berawal dari lahirnya badan otonom NU dikelompok usia atasnya, yaitu Muslimat NU, GP Ansor dan Fatayat NU. Selain hal tersebut, pemikiran untuk membentuk organisasi himpunan pelajar NU juga didasari dengan maraknya organisasi pelajar yang berfaham Aswaja terlebih sejak masa pra kemerdekaan. Di kota Surabaya terbentuk Tsamrotul Mustafidin pada tahun 1936 dan terbentuk Persatoean Santri NO (PERSANO) pada tahun 1939. Di kota Malang terbentuk Persatoean Anak Moerid NO (PAMNO) pada tahun 1941 dan Ikatan Moerid NO pada tahun 1945. Di Sumbawa memiliki Ijtima’ut Tholabah yang lahir pada tahun 1946 dengan persatuan sepak bolanya yaitu Ikatan Sepak Bola Peladjar NO (ISPNO). Selain itu di pulau madura didirikan Syubbanul Muslimin dan Ijtima’ut Tholabiyyah pada tahun 1945.
Lahirnya berbagai organisasi keterpelajaran dengan faham Aswaja tersebut menunjukkan suatu realitas bahwa terdapat banyak sekali titik kesamaan yang selanjutnya memberikan inspirasi perlu adanya satu wadah untuk menyatukan berbagai perkumpulan tersebut. Gagasan ini disampaikan pada Konferensi Besar LP Ma’arif NU pada bulan Februari 1954 di Semarang. Atas usul berbagai pelajar dari Yogyakarta, Surakarta dan Semarang, pada tanggal 24 Februari 1954 bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H, Konbes LP. Ma’arif menyetujui berdirinya organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dengan ketua Pimpinan Pusat Mohammad Tolchah Mansoer.
Sejarah berdirinya IPNU pada saat Konbes LP Ma’arif,  maka pada awalnya IPNU berada pada naungan LP. Ma’arif. Hal tersebut berlangsung hingga Kongres keenam di Surabaya, IPNU dan juga nantinya IPPNU menjadi badan otonom di bawah PBNU. Langkah awal pergerakan IPNU pada tanggal 29 April-1 Mei 1954 adalah dengan mengadakan Konferensi Segi Lima yang terdiri dari utusan-utusan dari Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Jombang dan Kediri. Dalam Konferensi tersebut diputuskan bahwa organisasi IPNU berasaskan Ahlussunnah wal Jama’ah, hanya beranggotakan putra saja yang berasal dari pesantren, madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi.
Singkat cerita, pendirian IPNU sebagai organisasi pelajar di kalangan Nahdliyin tersebut menimbulkan gagasan tentang perlunya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat terlebih setelah kelahiran Muslimat NU (29 Maret 1946) dan Fatayat NU (23 April 1950) yang masing-masing beranggotakan ibu-ibu paruh baya dan ibu-ibu muda di kalangan Nahdliyat. Hal tersebut didukung dengan hasil keputusan muktamar NU ke 20 tahun 1954 bahwa IPNU adalah satu-satunya organisasi pelajar yang secara resmi bernaung di bawah NU dan hanya untuk putra, sedangkan pelajar putri sebaiknya diwadahi secara terpisah. Gejolak politik di Indonesia saat itu dengan pemanfaatan pelajar putri dari kalangan NU oleh ormas-ormas yang berafiliasi kepada partai politik tertentu di luar NU juga merupakan salah satu alasan lain agar terbentuknya organisasi pelajar putri dalam tubuh NU sendiri untuk mewadahi para pelajar putrinya.
Gagasan untuk didirikannya IPPNU dengan berbagai alasan tersebut muncul ketika dilakukannya diskusi-diskusi ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta pada akhir tahun 1954 di kediaman Nyai Masyhud yang merupakan ibu dari Nyai Mahmudah Mawardi, ketua umum PP. Muslimat NU 1952-1979. Para pelajar putri tersebut adalah Umroh Mahfudzoh, Basyiroh Saimuri, Atikah Murtadlo, Latifah Hasyim dan Romlah, dengan panduan ketua PC Fatayat Surakarta saat itu, yaitu Nihayah.
Gagasan tersebut semakin matang setelah terbentuknya tim  kecil atas usulan Kyai Ahmad Mustahal (ketua PCNU Surakarta masa itu) dan selanjutnya tim kecil tersebut menyusun draf resolusi yang akan disampaikan kepada PP IPNU di Yogyakarta. Dalam penyampaian resolusi tersebut, Umroh Mahfudzoh dan Lathifah Hasyim sebagai utusan juga menyertakan permintaan agar pelajar-pelajar putri yang berada di wilayah cabang-cabang IPNU dapat turut serta menjadi peserta pada kongres I IPNU di Malang. M. Tholhah Mansur selaku ketua PP IPNU menyetujui permintaan tersebut dan disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir dalam kongres I IPNU di Malang nantinya dinamakan IPNU Putri.
Sesuai kesepakatan, Kongres I IPNU yang berlangsung pada tanggal 28 Februari-5 Maret 1955 di Malang tersebut dihadiri oleh peserta putri yang berasal dari lima cabang yaitu Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri. Berdirinya IPPNU pada saat itu melalui negosiasi cukup alot dengan pengurus teras IPNU, rencana awal secara administratif IPNU putri hanya akan menjadi departemen di dalam IPNU tertolak, karena IPNU merasa tidak pernah secara formal mendirikan IPNU putri. Terlebih melihat hasil keputusan Konferensi Segi Lima IPNU di Surakarta, hasil dari negosiasi tersebut mengarah pada kesan IPNU kelak hanya akan lebih serius dalam membina anggota dari kalangan putra.
Dengan hasil negosisasi tersebut, akhirnya peserta putri dari lima daerah mengadakan pertemuan secara terpisah. Pertemuan ini juga tidak berjalan dengan mudah menuju adanya suatu keputusan. Dalam proses pembicaraan, sempat merata berkembang pemikiran IPNU putri hanya merupakan satu departemen khusus dalam IPNU karena berbagai alasan. Namun, setelah diadakannya konsultasi dengan penanggung jawab organisasi pelajar yaitu K.H. M. Syukri Ghazali (ketua PB Ma’arif NU) dan Nyai Mahmudah Mawardi (ketua PP Muslimat) menghasilkan keputusan agar IPNU putri menjadi badan yang terpisah dari IPNU kemudian berganti nama menjadi IPPNU. Hingga akhirnya pada tanggal 2 Maret 1955 M bertepatan dengan 8 Rajab 1374 H resmi dideklarasikan resolusi terbentuknya IPPNU dan ditetapkan sebagai hari lahir IPPNU.
Sejarah lahir tersebut pada akhirnya melahirkan sejarah berikutnya yang begitu panjang dalam perjalanan IPPNU. masa pertumbuhan 1955-1963, masa perjuangan 1963-1981, masa pergulatan (1981-1991) dan masa peneguhan (1991-sekarang).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peringatan Harlah NU ke-92